Tradisi Bubur Suro di Masa Pandemi: Prosesi dan Maknanya bagi Masyarakat Desa Nagarawangi

Muhamad Rosadi, Titi Mumfangati, Titih Nursugiharti

Abstract


Tradisi bubur suro adalah tradisi membuat bubur setiap tanggal 10 bulan Muharam atau biasa disebut juga dengan Suro dalam rangka mengungkapkan rasa syukur sekaligus memohon keselamatan dan kesejahteraan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dalam menjalani kehidupan di tahun berikutnya. Folklor mengenai asal usul tradisi Bubur suro yang berkembang di masyarakat menyebutkan bahwa pada masa lampau masyarakat Rancakalong pernah mengalami masa paceklik yang panjang yang menyebabkan masyarakat kelaparan karena tidak mempunyai bahan makanan. Kemudian tokoh masyarakat pada waktu itu berinisiatif untuk ngabubur agar semua warga dapat mencicipi makanan. Selain itu, ngabubur juga dimaksudkan agar lahan pertanian mereka kembali menjadi subur. Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan bagaimana prosesi tradisi Bubur suro dilakukan masyarakat Desa Nagarawangi Kecamatan Rancakalong, kemudian mengetahui makna yang terkandung dalam tradisi bubur suro bagi masyarakat Rancakalong. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan metode pendekatan folklor. Pengumpulan data menggunakan metode studi literatur, wawancara dan observasi. Dari hasil penelitian didapatkan simpulan bahwa tradisi bubur suro telah diwarisi selama turun temurun dan tetap dipertahankan hingga saat ini. Tradisi ini memuat nilai keagamaan yang sangat penting yaitu, silaturahim, solidaritas, dan gotong royong.

Keywords


Tradisi Bubur Suro; Prosesi; Makna

Full Text:

PDF

References


Aliyudin, M. (2020). “Narasi Sejarah Dalam Upacara Adat Sunda: Kajian Etnografi Atas Upacara Adat Ngalaksa Di Rancakalong Sumedang”, Sosiohumaniora Vol.22 No.2, Bandung: Unpad Press

Danandjaja, J. (1997). Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Danandjaja, J. (2015). “Pendekatan Folklor dalam Penelitian Bahan-bahan Tradisi Lisan.” Dalam Metodologi Kajian Tradisi Lisan, edisi revisi, diedit oleh Pudentia MPSS. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor dan Asosiasi Tradisi Lisan.

Julaeha, N., Saripudin, D., Supriatna, N., & Yulifar, L. (2019). “Kearifan Ekologi dalam Tradisi Bubur suro di Rancakalong Kabupaten Sumedang”. Patanjala, 11 (3).

Lasmiyati. (2014). “Ditioeng Memeh Hoedjan: Pemikiran Pangeran Aria Suria Atmadja dalam memajukan pemuda pribumi di Sumedang (1800-1921)”. Patanjala, 6(2)

Suhaenah, E. (2014). “Rurukan: Manajemen Tradisi Masyarakat Petani Rancakalong”, Makalangan 1(2).

Sumardjo, J. (2003). Simbol-Simbol Artefak Budaya Sunda. Tafsir-Tafsir: Pantun Sunda. Bandung: Kelir

Thresnawaty S, E. (2011). “Sejarah Kerajaan Sumedang Larang”, Patanjala, 3(1).




DOI: https://doi.org/10.30998/kibar.27-10-2022.6303

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.


Universitas Indraprasta PGRI

Alamat: Kampus A Gedung 1, Lantai 2 | Jl. Nangka No. 58 C (TB. Simatupang), Kel. Tanjung Barat, Kec. Jagakarsa, Jakarta Selatan 12530, Jakarta, Indonesia.
Tlp: (021) 7818718 – 78835283 (ext. 122) | Tutup hari Minggu dan hari libur nasional Indonesia
Jam Kerja: 09.00 AM – 08.00 PM

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.